Create your own banner at mybannermaker.com!

Search...

Pak Tua Tukang Sekoteng

Kalau ada yang harus dikerjakan...saya bisa berjam-jam didepan komputer di rurmah. Biasanya dimulai setelah anak-anak tidur dan baru selesai menjelang dini hari. Maklumlah kalau anak-anak belum tidur, mereka akan nimbrung dipangkuan dan ikut memencet tuts keyboard.

Seperti malam kemarin, aktivitas itu kembali saya lakukan. Cuaca sangat dingin berhubung hujan baru saja selesai mengguyur bumi ini. Wah...dingin-dingin gini enaknya minum yang hangat-hangat nih... Teringat pak tua tukang sekoteng yang biasanya lewat rumah kami. Tapi kok sampai jam 10 malam belum lewat juga ya? padahal kemarin-kemarin jam 9 sudah lewat.

Jam 10 lewat bebrapa menit terdengar suara gelas yang dipukul sendok. Suara khas pak tua itu menjajakan dagangannya. saya pun bergegas mengambil mangkuk untuk memberhentikan pak tua itu.

"Beli sekutengnya ya pak" ujar saya sambil menyerahkan uang 5 ribuan untuk 2 mangkuk sekoteng buat saya dan isteri. Sambil melihat pesanan disiapkan sayapun mengajak ngobrol pak tua itu. "Mulai jualan jam berapa pak?" tanya saya. "Jam tujuh pak" jawabnya. "Kalau jualan sampai jam berapa pak? tanya saya lagi. "sekitar jam 2-an deh pak" jawabnya lagi.

Wuih...sampai jam 2 pagi? disaat orang lain tertidur (termasuk saya) bapak tua itu masih berputar-putar menjajakan sekotengnya. Membawa pikulan dengan lampu kecil..masuk dari satu gang ke gang lain di wilayah kami. Diantara dinginnya malam..yang menusuk tulang.

Saya membathin...bapak tua ini masih ikhlas dan semangat mencari nafkah dalam suasana yang kurang nyaman. Sementara banyak diantara kita yang bekerja ditempat yang nyaman, namun tidak mempunyai semangat seperti pak tua itu.

Sepertinya soal semangat mencari nafkah..kita mesti berkaca pada pak tua tukang sekoteng.

- Penggilingan -
renungan diantara dingin malam


Klik Judul Artikel untuk Baca Selengkapnya....

0 comments: