Create your own banner at mybannermaker.com!

Search...

Deskripsi Al-Quran Tentang Tampak Luar dan Tampak Dalam Janin

VI. QUR’AANIC DESCRIPTION OF THE INTERNAL AND EXTERNAL APPEARANCE OF THE FETUS
Bab VI
Deskripsi Al-Quran Tentang Tampak Luar dan Tampak Dalam Janin


Catatan penerjemah:
Dokumen asli [dalam Bahasa Inggris] dicetak dengan huruf biasa.

Dokumen terjemahan dicetak dengan huruf seperti ini.


We present to you Dr. Marshall Johnson, Professor Emeritus of Anatomy and Developmental Biology at Thomas Jefferson University Philadelphia, Pennsylvania, U.S.A. There for 22 years he was Professor of Anatomy, the Chairman of the Department of Anatomy, and the Director of the Daniel Baugh Institute. He was also the President of the Teratology Society. He has authored more than 200 publications. We first met with Professor Johnson at the 7th Saudi Medical Conference, where a special committee was formed to investigate scientific signs in the Qur’an and the Sunnah.


Kami hadirkan Dr. Marshall Johnson, Profesor Anatomi dan Perkembangan Biologi dari Universitas Thomas Jefferson, Philadelphia, Pennsylvania, U.S.A. Di sana, selama 22 tahun dia menjabat sebagai Profesor Anatomi, Ketua Departemen Anatomi dan Direktur Institut Daniel Baugh. Dia juga adalah seorang Ketua Masyarakat Teratology. Dia menulis lebih dari 200 artikel. Kami pertama kali bertemu dengan Profesor Johnson pada Konferensi Kedokteran Saudi ke-7, di mana sebuah komite khusus dibentuk untuk menyelidiki tanda-tanda sains dalam Al-Quran dan Sunnah.


When we met together with the committee, Professor Johnson asked us what our committee was doing. We told him that the subject of our study was the relationship between what the Qur’an and Sunnah have contained 1400 years ago and what modern scientists tell us. He asked: Like what? We said: ‘For example, modern science tells us that the human prenatal development goes through several stages whereas the Qur’an mentioned these stages to us 1400 years ago.’


Ketika kami bertemu dalam satu komite, Profesor Johnson menanyakan kepada kami tentang apa yang akan dilakukan oleh komite ini. Kami memberitahu dia bahwa pokok bahasan yang dipelajari adalah hubungan antara apa yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah yang diturunkan 1400 tahun yang lalu dengan fakta-fakta sains modern. Dia menanyakan: Contohnya? Kami menjawab: Contohnya, sains modern memberi tahu kita bahwa perkembangan janin manusia berjalan melalui beberapa tahap yang mana Al-Quran telah menyinggung tentang ini 1400 tahun yang lalu.


Professor Johnson was appalled when he heard this. He expressed his feeling by simply saying: ‘No’ no, no! What kind of talk is that?’


We understood the effect of such statements upon him. We knew he was one of the foremost scientists in the United States. He knew, of course, that after the discovery of the microscope in the 16th century, physicians throughout the 17th century believed that a human being’s origin began entirely in the male’s semen, specifically in the male’s sperm. This picture was the evidence used by scientists in the 17th century, and partly in the 18th century, to support their belief that the human being was created wholly from the male sperm, but after the discovery of the ovum was larger than the sperm of the male. In this way they ignored the role of the man in the 18th century, just as they had ignored that of the woman in the 17th century.


Profesor Johnson terkejut mendengar ini. Dia merasa heran dan mengatakan: 'Oh, tidak, jangan seperti itu, perbincangan macam apa ini?'.


Kami memahami akibat dari pernyataan ini terhadapnya. Kami mengetahui bahwa dia adalah salah satu ahli sains terkemuka di Amerika. Kami mengetahui, tentu saja, bahwa setelah penemuan mikroskop pada abad ke-16, para dokter di abad ke-17 meyakini bahwa asal mula perkembangan manusia mulai secara utuh dari air mani pihak laki-laki saja, yaitu hanya dari sperma laki-laki. Gambaran seperti ini adalah bukti yang digunakan oleh para ahli sains di abad ke-7, dan sebagian ahli di abad ke-18, untuk mendukung keyakinan mereka bahwa manusia tercipta secara utuh hanya dari sperma laki-laki. Akan tetapi setelah penemuan indung telur (ovum) yang lebih besar dari sperma laki-laki, akhirnya, mereka mengabaikan peranan (sperma) laki-laki di abad ke-18, sebagaimana mereka mengabaikan peranan (indung telur) wanita di abad ke-17.


It was not until the middle of the 19th century when the scientists began to discover that the human embryonic development took place in several successive stages. It was for this reason when Professor Johnson was told that this information has been in the Qur’an for 1400 years that he stood up and shouted: ‘No, No!’ So we in turn handed him a copy of the Qur’an and showed him the following verse which he read in the English translation:


What is the matter with you, that you are not conscious of Allah ’s Majesty. Seeing that it is He who has created you in diverse stages? (Qur’an 71:13-14).


Then we showed him this verse:


He creates you in the wombs of your mother, in stages, one after another, in three veils of darkness. (Qur’an 39:6).


Keyakinan ini dipertahankan sampai pertengahan abad ke-19 ketika para ahli sains mulai menyelidiki perkembangan embrio manusia yang terjadi dalam beberapa tahap yang jelas. Dengan alasan inilah ketika Profesor Johnson diberitahu bahwa informasi ini telah ada dalam Al-Quran 1400 tahun yang lalu, maka dia berdiri dan berseru: 'Oh tidak! jangan seperti itu ... ' Maka kami memberinya sebuah Al-Quran dan menunjukkan padanya ayat berikut ini yang dibacanya dari terjemahan Bahasa Inggris:


Mengapa kamu tidak percaya akan kebesaran Allah. Padahal Dia sesungguhnya telah menciptakan kamu dalam beberapa tingkatan kejadian.
(Quran 71:13-14).


Kemudian kami tunjukkan padanya ayat berikut:


... Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan ...
(Quran 39:6)


At this, Professor Johnson sat down and said: But this could be explained in three possibilities. The first is that it can be mere coincidence.


So we collected more than 25 texts and presented them to him. Then we asked him: ‘Is it possible that these texts are coincidence?’ Moreover, the Glorious Qur’an has given each of these stages a name: the first being the nutfah, or the drop of water, the second being the ‘alaqah, a leech-like substance, the third being the mudghah, or a chewed-like lump, the fourth being bones, and then the clothing of the bones with flesh. Can all this be a coincidence? He flatly said: ‘No.’


Setelah itu, Profesor Johnson duduk dan mengatakan: Akan tetapi ini bisa dijelaskan dengan tiga kemungkinan. Pertama, mungkin saja ini hanyalah merupakan sesuatu yang kebetulan saja.


Maka kami mengumpulkan lebih dari 25 ayat-ayat Al-Quran dan menunjukkan padanya. Kemudian kami menanyakan padanya: 'Mungkinkah teks-teks ini tertulis secara kebetulan saja?' Selanjutnya, Al-Quran yang Suci telah memberi nama untuk setiap tahap: pertama sebagai nutfah, atau setetes air, kedua sebagai 'alaqah, atau sesuatu yang mirip-lintah, dan ketiga sebagai mudghah, atau gumpalan yang menyerupai sesuatu yang dikunyah, keempat sebagai tulang-tulang (kerangka), dan kemudian penutupan tulang-tulang dengan daging. Apakah semua ini hanya suatu kebetulan belaka? Dia menjawab dengan datar: 'Tidak mungkin!'.


Then we asked him: ‘Then what remains?’ He said: The other possibility is that Muhammad had hold [of a] powerful microscope.


We said: ‘You know that this sort of minute and specialized knowledge, which has been contained in the Qur’an, can only be obtained by very powerful microscopes. And anyone possessing such powerful microscopes must also possess very high technology, which must be reflected in his daily living, his house, his food, his control and management of war and quest for peace…etc. And you know that technological advancement is a process of cumulative inheritance, passed in and proved upon from one generation to the other.’


Kemudian kami menanyakan: 'Kemudian apa lagi?' Dia mengatakan: Kemungkinan yang lain adalah bahwa Muhammad pada saat itu telah memiliki mikroskop yang canggih.


Kami mengatakan: 'Anda mengetahui bahwa pengetahuan yang khusus ini, yang telah ada dalam Al-Quran, hanya bisa diperoleh dengan menggunakan mikroskop yang sangat canggih. Dan seseorang yang memiliki alat mikroskop yang canggih ini pastilah juga memiliki teknologi yang tinggi, yang seharusnya tercermin dari kehidupan sehari-harinya, rumahnya, makanannya, pengendalian dan manajemen perang, perburuan kedamaian ... dsb. Dan Anda mengetahui bahwa perkembangan teknologi seperti ini adalah sebuah proses yang turun-temurun secara kumulatif, diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya.


Professor Johnson laughed and said: In fact I saw the first microscope invented in the world. It does not magnify more than 10 times and does not even show a clear picture.


Profesor Johnson tertawa dan mengatakan: Bahkan saya pernah melihat mikroskop pertama yang ditemukan di dunia yang tidak bisa memperbesar lebih dari 10 kali dan bahkan juga tidak bisa menunjukkan gambar yang jelas.


The Prophet Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam), never had possession of scientific equipment or microscopes. The only thing that remains for us to say that he was a Messenger from Allah. After this, Professor Johnson began to take interest in the study of scientific signs in the Qur’an, concentrating in some of his research on the stages of embryonic development. While Dr. Moore and others discussed the external fetal appearance, Professor Johnson concentrated his presentation on the Qur’an’s detailed descriptions of the internal as well as external of the fetus.


Nabi Muhammad saw, tidak pernah memiliki peralatan canggih atau pun mikroskop. Kemungkinan terakhir yang tersisa sekarang adalah bahwa Nabi Muhammad saw adalah Utusan Allah. Setelah ini, Profesor Johnson mulai tertarik untuk mempelajari tanda-tanda sains dalam Al-Quran, memusatkan konsentrasi pada beberapa penelitiannya terhadap tahap-tahap perkembangan embrio. Sedangkan Dr. Moore dan yang lainnya mendiskusikan penampakan luar janin, Profesor Johnson memusatkan perhatian pada deskripsi lengkap Al-Quran pada penampakan luar maupun penampakan dalam janin.


Professor Johnson: In summary, the Qur’an describes not only the development of external form, but emphasizes also the internal stages, the stages inside the embryo, of its creation and development, emphasizing major events recognized by contemporary sciences.


For example, this drawing of the mudghah [Fig. 6.1], or the chewed-like structure, is one of the things that Professor Johnson used as evidence.


Profesor Johnson: Secara ringkas, Al-Quran menjelaskan tidak hanya perkembangan luar janin, akan tetapi juga menekankan pada tahap-tahap internal, tahap-tahap di dalam embrio, pada penciptaannya dan perkembangannya, menekankan pada kejadian-kejadian penting yang hanya diketahui oleh sains masa kini.


Sebagai contoh, gambar mudghah [gambar 6.1] berikut ini, atau sesuatu yang tampak seperti dikunyah, adalah salah satu yang dijadikan bukti oleh Profesor Johnson.


firstmo.gif (15612 bytes)
Fig. 6.1
Gambar. 6.1


This picture of the mudghah shows the external appearance of the embryo with its curved structure, and with visible protuberances and grooves resembling teeth-marks, we notice the swallows and the grooves, we also notice the curved surface, all which give the embryo its distinctive features while the embryo at this stage is only one centimeter in length.


Gambar mudghah ini menunjukkan penampakan luar embrio dengan struktur kurvanya, dan dengan bagian menonjol yang bisa dilihat dan alur-alur yang menyerupai bekas gigitan, kami memperhatikan ??swallow=tenggorokan?? dan alur-alur guratan itu, dan juga memperhatikan permukaan kurva, yang kesemuanya memberi embrio ciri khas yang jelas ketika embrio pada tahap ini hanya memiliki panjang satu sentimeter.


If we were to make an incision in the embryo and dissect the internal organs, we would find that most of them are already formed, as it is apparent here. You can also see from this picture that some of the cells have already formed, while others are not yet completely formed.


Jika kami harus membuat sebuah irisan di dalam embrio dan membedah organ dalamnya, kami akan menemukan bahwa kebanyakan organ-organ ini telah terbentuk, sebagaimana terlihat di sini. Anda juga bisa melihat dari gambar ini bahwa beberapa sel telah terbentuk, sedangkan sel-sel yang lain belum terbentuk secara sempurna.


How then would we describe this embryo? What do we say? Could we say it is the complete creation? Then we are describing the part which is already created, and if we say it is an incomplete creation, then we are describing the part which is not yet created, the question would be: Is it a complete creation or is it an incomplete creation? There is no better description of that stage of embryologenesis than the Qur’anic description which says: …mudghah (chewed-like structure) partly formed and partly unformed… (Qur’an 22:5).


Bagaimana cara kita mendeskripsikan embrio ini? Apa yang harus kita katakan? Dapatkah kita katakan sebagai ciptaan yang sempurna? Jika demikian maka kita menjelaskan bagian yang telah terbentuk, dan jika kita katakan embrio ini sebagai ciptaan yang belum sempurna, maka kita menjelaskan bagian yang belum tercipta, maka pertanyaannya adalah: Apakah ini ciptaan yang telah sempurna atau ciptaan yang belum sempurna? Tidak ada deskripsi yang lebih baik pada tahap ini dari pada deskripsi yang ada di dalam Al-Quran yang mengatakan:


... kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna ...
(Quran 22:5).


Here is Professor Marshall Johnson giving the conclusion of his research: As a scientist, I can only deal with things which I can specifically see. I can understand the words that are translated to me from the Qur’an. As I gave the example before, if I were to transpose myself into that era, knowing what I knew today in describing things, I could not describe the things which were described. I see no evidence for the refutation of the concept that this individual, Muhammad, had to be developing this information from some place. So I see nothing here in conflict with the concept that divine intervention was involved in what he was able to write.


Di sini Profesor Marshall Johnson memberikan kesimpulan dari penelitiannya: Sebagai seorang ahli sains, Saya hanya bisa berhubungan dengan sesuatu yang dapat saya lihat secara jelas. Saya bisa mengerti kata-kata yang diterjemahkan kepada saya dari Al-Quran. Sebagaimana telah saya berikan contoh sebelumnya, jika saja saya berpindah waktu ke jaman itu, mengetahui apa yang telah saya ketahui saat ini dalam menjelaskan sesuatu, maka saya tidak mungkin bisa menjelaskan sesuatu yang telah dijelaskan (dalam Al-Quran) tersebut. Saya tidak menemukan bukti untuk menolak kenyataan bahwa orang ini, Muhammad, pastilah mendapatkan informasi ini dari tempat lain. Saya tidak menemukan perselisihan dengan konsep bahwa campur tangan Ilahi terlihat di sini sehingga dia bisa menulis yang demikian itu.


Yes, It is the Revelation. The only way left to mankind is to follow the example of those great scientists, acknowledging that Allah has revealed to Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam), a Book from Allah ’s knowledge. Allah has further promised that mankind will, over time, come to discover the signs which prove that the Qur’an is truly a Book revealed by Allah.


Ya, itulah Wahyu. Jalan satu-satunya yang tertinggal bagi manusia adalah mengikuti contoh yang diberikan oleh para ahli sains terkemuka tersebut, mengakui bahwa Allah telah mewahyukan kepada Muhammad saw, sebuah Kitab yang diturunkan dari ilmu Allah. Selanjutnya Allah telah menjanjikan bahwa manusia, seiring dengan waktu, akan menemukan tanda-tanda yang membuktikan bahwa Al-Quran ini adalah benar-benar sebuah Kitab yang diwahyukan dari Allah.


Allah, may He be Exalted and Glorified, said in the Qur’aan:


And you shall certainly know the truth of it (all) after a while (Qur’aan, 38:88).


Allah also said:


For every prophecy is a limit of time, and soon shall you know it (Qur’aan 6:67).


And said:


Soon will we show them our signs in the (furthest) regions (of the earth), and in their own selves, until it becomes manifest to them that this is the truth. Is it not enough that your Lord does witness all things. (Qur’aan 41:53).


Allah swt berfirman dalam Al-Quran:


Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah beberapa waktu lagi.
(Quran 38:88)


Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.
(Quran 6:67)


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu
(Quran 41:53)


1mosomitephoto.gif (66276 bytes)
Fig. 6.2 One Month Fetus
Gambar 6.2 Janin Satu Bulan

Sumber : http://abdshomad.8m.com/offline/www.it-is-truth.org/chapters/fetusexternal.htm

Klik Judul Artikel untuk Baca Selengkapnya....

0 comments: