Create your own banner at mybannermaker.com!

Search...

Fase Embrio

V. THE EMBRYONIC PHASES
Bab V
Fase Embrio


Catatan penerjemah:
Dokumen asli [dalam Bahasa Inggris] dicetak dengan huruf biasa.

Dokumen terjemahan dicetak dengan huruf seperti ini.


We present to you Dr. G.C. Goeringer, Course Director and Associate Professor of Medical Embryology at the Department of Cell Biology, School of Medicine, Georgetown University, Washington, D.C.. We met with him and asked him whether in the history of embryology there was any mention of the different stages of embryonic development and whether there were any books on embryology at the time of the Prophet Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam) or the centuries after him which mention these various stages, or whether the division into these different stages only came to be known in the middle of the nineteenth century. He said that the ancient Greeks were concerned with the study of embryology and many of them attempted to describe what happens to the fetus and how it develops. We agreed with him that Aristotle, among others, attempted to expound some theories on the subject, but was there any mention made of these stages?


Kami hadirkan, Dr. G.C. Goeringer, Direktur Kursus dan Profesor Kepala Embriologi Kedokteran di Departemen Biologi Sel, Sekolah Kedokteran, Universitas Georgetown, Washington, D.C.. Kami bertemu dengan dia dan menanyakan kepadanya apakah dalam sejarah embriologi dikenal atau disebutkan tentang adanya tahap-tahap yang berbeda dari masa perkembangan embriologi dan apakah ada buku-buku di bidang embriologi pada masa kenabian Muhammad atau beberapa abad setelahnya yang menyebutkan tahap-tahap yang berbeda ini, atau apakah pembagian ke dalam beberapa tahap hanya ditemukan di pertengahan abad ke sembilan belas saja? Dia mengatakan bahwa Yunani Kuno telah tertarik untuk mempelajari embriologi dan banyak diantara mereka mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi terhadap janin dan bagaimana janin itu berkembang. Kami setuju dengan pernyataan ini bahwa Aristotle, diantara yang lainnya, mencoba untuk menjelaskan beberapa teori dalam subyek ini, akan tetapi apakah dalam teori-teori tersebut telah disebutkan tentang tahap-tahap ini?


We know that these stages were known until the middle of the nineteenth century and were not proven until the beginning of the twentieth century. After a long discussion, Professor Goeringer concurred that there was no mention of these phases. Thus we asked him if there was any specific terminology applied to these phases similar to that found in the Qur’aan. His reply was negative. We asked him: ‘What is your opinion on these terms which the Qur’aan uses to describe the phases which the fetus goes through?’ After long discussions, he presented a study at the 8th Saudi Medical Conference. He mentioned in the study man's basic ignorance of these phases. He also discussed the comprehensiveness and precision of these Qur’aanic terms in describing the development of the fetus by means of concise and comprehensive terms which convey far reaching truth. Let us listen to Professor Goeringer as he explains his opinion:


Kami mengetahui bahwa tahap-tahap ini belum diketahui sampai pertengahan abad sembilan belas dan belum dibuktikan sampai pada awal abad ke dua puluh. Setelah diskusi yang cukup lama, Profesor Goeringer menyetujui bahwa tahap-tahap ini belum pernah disebutkan sebelumnya. Karenanya, kami menanyakan kepadanya apakah pernah ada terminologi yang khusus diterapkan pada tahap-tahap ini yang serupa dengan yang ada di Al-Quran? Dia menjawab: Negatif (tidak ada). Kami menanyakan: 'Bagaimana pendapat Anda tentang topik tahap-tahap perkembangan janin yang dijelaskan dalam Al-Quran?' Setelah melalui diskusi yang lama, dia menunjukkan sebuah studi pada abad ke-8 dalam Konferensi Kedokteran Saudi. Dia menyebutkan dalam studi ini tentang ketidakpedulian (kebodohan) manusia terhadap tahap-tahap ini. Dia juga mendiskusikan keakuratan dan kejelian pembagian menurut Al-Quran dalam menjelaskan perkembangan janin dengan cara yang ringkas dan dengan istilah yang mudah dimengerti. Mari kita dengarkan Profesor Goeringer menjelaskan pendapatnya:


In a relatively few Aayahs (Qur’aanic verses), is contained a rather comprehensive description of human development from the time of the commingling of the gametes through organogenesis. No such distinct and complete record of human development such as classification, terminology, and description existed previously. In most, if not all, instances, this description antedates by many centuries the recording of the various stages of human embryonic and fetal development recorded in the traditional scientific literature.


Pada beberapa ayat (Al-Quran), terdapat penjabaran yang lebih lengkap tentang perkembangan manusia dari waktu penggabungan gamet sampai dengan organogenesis. Rekaman yang terpisah dengan jelas dan lengkap dalam pengklasifikasian, terminologi, dan deskripsi perkembangan manusia belum pernah ditemukan sebelumnya. Pada kebanyakan contoh, -- jika tidak semuanya, -- deskripsi tentang pentahapan embrio manusia dan perkembangan janin ini muncul beberapa abad lebih dahulu daripada literatur sains tradisional.


The discussion with Professor Goeringer led us to talk about a fact which was discovered recently and which would eliminate any controversy. Although the virgin birth of Christ has been a Christian belief for centuries, some among the Christians insist that Christ must have had a father, as a virgin birth is 'scientifically impossible'. They argue this, and perhaps they do not know, that there could be a creation without a father. The Qur’aan replied to them and has used as an example the creation of Adam. Allah said: The similitude of Jesus before Allah is as that of Adam; He created him from dust, then said to him: 'Be': And he was. (Qur’aan 3:59).


Diskusi dengan Profesor Goeringer telah mendorong kami untuk membicarakan tentang sebuah fakta yang baru saja ditemukan belakangan ini yang akan mengurangi kontroversi. Meskipun kelahiran Yesus dari perawan (Maria) menjadi bagian dari keyakinan ummat kristiani selama beberapa abad, beberapa diantara mereka bersikeras mengatakan bahwa Yesus pasti mempunyai seorang ayah, karena kelahiran dari seorang perawan adalah 'tidak mungkin secara sains'. Mereka memperdebatkan ini karena mungkin mereka tidak mengetahui adanya kemungkinan penciptaan tanpa seorang ayah. Al-Quran menjawab mereka dan telah menggunakan sebuah contoh tentang penciptaan Adam. Allah berfirman:


'Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya: 'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah dia.
(Quran 3:59)
.


There are three types of creation:

  1. Adam, who was created without a mother or father
  2. Eve, who was created without a mother
  3. Jesus Christ, who was created without a father


Ada tiga macam penciptaan:

  1. Adam, yang diciptakan tanpa seorang ibu atau ayah
  2. Hawa (Eve), yang diciptakan tanpa seorang ibu
  3. Yesus Kristus (Isa), yang diciptakan tanpa seorang ayah


Therefore, the One who was able to create Adam without a father or a mother is also able to create Jesus from a mother and without a father. In spite of this, the Christians still continue to argue even though Allah has sent them evidence after evidence and proof after proof. Then when they are asked why they persist in this controversy, they reply that they have never seen or heard of anybody being created without a father and a mother. But modern science now revealed that many animals and beings in this world are born and reproduced without fertilization from the male of the species. For example, a male bee is no more than an egg which has not been fertilized by the male, whereas the egg which has been fertilized by the male functions as a female. Moreover, male bees are created from the eggs of the queen but without fertilization by a male. There are many other examples such as this in the animal world. Moreover, man today has the scientific means of stimulating the female's egg of some organisms so that this egg develops without fertilization by a male.


Oleh karenanya, Dzat yang bisa menciptakan Adam tanpa seorang ayah atau pun juga seorang ibu juga bisa menciptakan Yesus dari seorang ibu dan tanpa seorang ayah. Meskipun demikian, ummat Kristiani akan terus memperdebatkan meskipun Allah telah mengirimkan kepada mereka tanda-tanda dan bukti-bukti yang menguatkan. Ketika mereka ditanya mengapa mereka tetap dalam persengketaan, mereka menjawab bahwa mereka belum pernah melihat atau mendengar seorang pun yang tercipta tanpa seorang ayah dan seorang ibu. Akan tetapi sains modern saat ini membuktikan bahwa banyak binatang dan makhluk hidup di dunia ini yang terlahir dan berkembang biak tanpa proses pembuahan pihak laki-laki (pejantan) dari spesiesnya. Sebagai contoh, seekor lebah jantan tidak lebih dari sekedar telur yang belum dibuahi, sedangkan telur yang telah dibuahi (oleh pejantannya) berkembang menjadi lebah betina (ratu). Selain itu, lebah-lebah jantan tercipta dari telur-telur ratu lebah yang tidak dibuahi oleh pejantannya. Ada banyak sekali contoh yang demikian di dunia hewan. Selain itu, manusia saat ini memiliki sarana sains untuk merangsang telur dari beberapa organisme sehingga telur-telur ini berkembang tanpa pembuahan dari pejantannya.


Let us read the words of Professor Goeringer: In another type of approach, unfertilized eggs of many species of amphibians and lower mammals can be activated by mechanical (such as pricking with a needle), physical (such as thermal shock), or chemical means by any of a number of different chemical substances, and continue to advance to stages of development. In some species, this type of parthenogenetic development is natural.


Mari kita perhatikan kata-kata Profesor Goeringer: Dalam beberapa contoh pendekatan, telur-telur yang tidak dibuahi dari beberapa spesies amfibi dan mamalia tingkat rendah dapat diaktifkan secara mekanik (seperti penusukan dengan sebuah jarum), secara fisik (seperti kejutan panas), atau secara kimia dengan pencampuran dari beberapa substansi kimia yang berbeda, dan berlanjut ke tahap perkembangan. Dalam beberapa spesies, tipe perkembangan secara parthenogenetic seperti ini adalah alami.


Allah has given us the definitive answer and he used Adam, whom they believe in, as an example of a human being who has no father or mother. The Christians regard as deviance the fact that a human being can be born without a father. Thus, Allah has shown them an analogy of a human being who had no father and no father, that is, Adam. The Qur’aan says: The similitude of Jesus before Allah is as that of Adam; He created him from dust, then said to him: 'Be': and he was. (Qur’aan 3:59).


Allah telah memberitahu kita dengan jawaban yang jelas dan Dia menggunakan contoh Adam, yang mereka percayai sebagai contoh manusia yang tercipta tanpa ayah atau ibu. Ummat Kristiani menganggap penyimpangan fakta bahwa seseorang bisa tercipta tanpa seorang ayah. Karenanya, Allah menunjukkan kepada mereka sebuah pemisalan dari seorang yang tercipta tanpa ayah dan tanpa ibu, yaitu, Adam. Al-Quran mengatakan:


Sesungguhnya misal (penciptaan) 'Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya:'Jadilah' (seorang manusia), maka jadilah dia.
(Quran 3:59)
.



Allah has willed that there be such scientific advancements and discoveries which provide proof after proof of the truth which has been revealed in the Qur’aan. It is in this way that the verses of this glorious book were revealed with the passage of time. The verses become known to the foremost scholars and scientists of our religion and of generations to come. Science will never deplete the wonders of the Qur’aan.


Allah berkehendak bahwa didapatkan perkembangan sains dan penemuan-penemuan dengan bukti-bukti yang mendukung kebenaran tentang apa yang diwahyukan-Nya di dalam Al-Quran. Dengan cara inilah ayat-ayat Kitab yang Suci diwahyukan seiring dengan perjalanan waktu. Ayat-ayat ini diketahui oleh sarjana-sarjana terkemuka dan para ahli sains agama kita dan generasi-generasi yang akan datang. Sains tidak akan pernah menghabiskan keajaiban Al-Quran.


And those to whom knowledge has come see that the (Revelation) sent down to you from your Lord - that is the truth, and that it guides to the path of the Exalted (In Mighty), worthy of all praise. (Qur’aan 34:6).


Dan orang-orang yang diberi ilmu (Ahli Kitab) berpendapat bahwa wahyu yang diturunkan kepadamu dari Tuhan-mu itulah yang benar dan menunjuki (manusia) kepada jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.
(Quran 34:6)


Allah, may He be Exalted and Glorified, said in the Qur’aan:


And you shall certainly know the truth of it (all) after a while. (Qur’aan, 38:88).


Dan sesungguhnya kamu akan mengetahui (kebenaran) berita Al-Quran setelah beberapa waktu lagi.
(Quran 38:88)


Allah also said:


For every prophecy is a limit of time, and soon shall you know it. (Qur’aan 6:67).


Untuk tiap-tiap berita (yang dibawa oleh rasul-rasul) ada (waktu) terjadinya dan kelak kamu akan mengetahui.
(Quran 6:67)


And He said:


Soon will we show them our signs in the (furthest) regions (of the earth), and in their own souls, until it becomes manifest to them that this is the truth. Is it not enough that your Lord does witness all things? (Qur’aan 41:53).


Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-Quran itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?
(Quran 41:53)

Sumber: http://abdshomad.8m.com/offline/www.it-is-truth.org/chapters/embryonic.htm

ovum.jpg (52817 bytes) sperm.jpg (7467 bytes)

Fig. 5.1
Female Ovum
Indung Telur Wanita

Fig. 5.2
Male Sperm
Sperma Pria

Klik Judul Artikel untuk Baca Selengkapnya....

0 comments: