Create your own banner at mybannermaker.com!

Search...

Tahap-tahap Penciptaan Manusia (B)

IV. STAGES OF THE CREATION OF MAN (B)
Bab IV
Tahap-tahap Penciptaan Manusia (B)


Catatan penerjemah:
Dokumen asli [dalam Bahasa Inggris] dicetak dengan huruf biasa.

Dokumen terjemahan dicetak dengan huruf seperti ini.


The book, 'The Developing Human' written by Professor Keith Moore has been translated into eight languages. This book is considered a scientific reference work, and was chosen by a special committee in the United States as the best book authored by one person. We met with the author of this book and presented to him many Qur’anic verses and Prophetic Ahadeeth which deal with his specialization in embryology.


Buku 'The Developing Human (Perkembangan Manusia)' yang ditulis oleh Profesor Keith Moore telah diterjemahkan ke dalam delapan bahasa. Buku ini diakui sebagai salah satu buku referensi sains, dan dipilih oleh sebuah komite khusus di Amerika sebagai buku terbaik yang ditulis oleh satu orang. Kami bertemu dengan penulis buku ini dan memperlihatkan kepadanya banyak ayat-ayat Al-Quran dan Hadits Nabi yang bertepatan dengan spesialisasinya di bidang embriologi.


Professor Moore was convinced by our evidence, so we asked him the following question: ‘You mentioned in your book that in the Middle ages there was no advancement in the science of embryology, and that only very little was known at that time. At the same time the Qur’an was being revealed to the Prophet Muhammad (sallallahu ‘alaihi wa sallam), and he was guiding people according to what Allah revealed to him. There is found in the Qur’an a very detailed description of the creation of man and of the different stages of human development.


Profesor Moore dapat kami yakinkan dengan bukti-bukti yang kami bawa, maka kami menanyakan kepadanya: 'Anda menyebutkan di dalam buku Anda bahwa di abad pertengahan tak ada kemajuan dalam ilmu embriologi, dan bahwa hanya sedikit sekali yang diketahui pada waktu itu. Pada saat yang sama, Al-Quran sedang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw, dan dia membimbing ummat berdasarkan apa yang telah diwahyukan oleh Allah kepadanya. Juga ditemukan dalam Al-Quran deskripsi yang sangat detail tentang perkembangan manusia dan tahap-tahap yang berbeda dari perkembangan manusia.


You are a world renowned scientist, so why do you not uphold justice and mention these truths in your book?’ He replied: You have the evidence and not I. So why do you not present it to us?


Anda adalah salah seorang ilmuwan termasyhur, mengapa Anda tidak menjunjung keadilan dan menyebutkan kebenaran ini di buku Anda? Dia menjawab: Anda lah yang mempunyai bukti-bukti, bukan saya. Mengapa bukan Anda saja yang menunjukkannya kepada kami?.


We provided him with the facts and Professor Moore proved to be a great scholar. In the third edition of his book he did make some additions. This book has been translated, as we mentioned previously, into eight languages including Russian, Chinese, Japanese, German, Italian, Portuguese and Yugoslavian. This book enjoys worldwide distribution and is read by many of the world’s foremost scientists.


Kami menyediakan fakta-fakta kepadanya dan Profesor Moore terbukti sebagai salah seorang sarjana yang besar. Di edisi ketiga dari bukunya, dia membuat beberapa penambahan. Buku ini telah diterjemahkan, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, ke dalam delapan bahasa: Rusia, China, Jepang, Jerman, Italia, Portugis dan Yugoslavia. Buku ini menikmati distribusi mendunia dan telah dibaca oleh banyak ilmuwan-ilmuwan penting dunia.


Professor Moore states in his book about the Middle ages that: Growth of science was slow during the medieval period, and few high points of embryological investigation undertaken during this age are known to us. It is cited in the Qur’an, the Holy Book of the Muslims, that human beings are produced from a mixture of secretions from the male and the female. Several references are made to the creation of a human being from a sperm drop, and it is also suggested that the resulting organism settles in the woman like a seed, six days after its beginning. (The human blastocyst begins to implant about six days after fertilization. See Figure 4.1)


Profesor Moore menyatakan di dalam bukunya tentang abad pertengahan: Perkembangan sains sangat lamban selama masa pertengahan, dan hanya beberapa poin penting yang kita ketahui dalam bidang embriologi yang diteliti selama masa ini. Disebutkan dalam Al-Quran, Kitab Suci ummat Islam, bahwa manusia dihasilkan oleh sebuah campuran sekresi (zat yang dikeluarkan) dari laki-laki dan wanita. Beberapa referensi menyebutkan bahwa manusia diciptakan dari sebuah tetesan sperma, dan ditunjukkan pula bahwa organisme hasil pembuahan ini menetap dalam rahim wanita seperti sebuah benih, enam hari setelah permulaannya (Blastosit manusia mulai ditanamkan enam hari setelah pembuahan. (Lihat gambar 4.1)


blastocyst.JPG (19708 bytes)
Fig. 4.1
Gambar. 4.1


The Qur’an also states that the sperm drop develops - into a clot of congealed blood. (An implanted blastocyst or spontaneously aborted conceptus would resemble a blood clot.) Reference is also made to the leech-like appearance of the embryo. The embryo is not unlike a leech, or bloodsucker, in appearance. The embryo is also said to resemble – a chewed piece of substance - like gum or wood. (Somites somewhat resemble the teeth marks in a chewed substance - see Fig. 4.2).


Al-Quran juga menyatakan bahwa tetesan sperma berkembang - menjadi sebuah gumpalan darah yang membeku. (Sebuah blastosit yang tertanam atau orok (conceptus) yang gugur secara mendadak akan menyerupai sebuah gumpalan darah). Referensi dalam Al-Quran juga menyebutkannya sebagai penampakan seperti-lintah pada embrio. Embrio juga dikatakan menyerupai - sebuah benda yang dikunyah - seperti permen karet atau kayu. (Somites agak menyerupai bekas gigi pada benda yang dikunyah - lihat Gambar 4.2).



Fig. 4.2
Gambar 4.2


The developing embryo was considered to be human at 40 to 42 days and no longer resemble an animal embryo at this stage.(See Fig. 4.3) (The human embryo begins to acquire human characteristics at this stage). The Qur’an also states that the embryo develops with - three veils of darkness. This probably refers to (1) the maternal anterior abdominal wall, (2) the uterine wall, and (3) the amniochorionic membrane. (see Fig. 4.4) Space does not permit discussion of several other interesting references to human prenatal development that appear in the Qur’an.


Embrio yang berkembang bisa dianggap sebagai manusia pada hari ke-40 atau ke-42 dan tidak lagi menyerupai hewan pada tahap ini. (Lihat Gambar 4.3) (Embrio manusia mulai mendapatkan karakteristik manusia pada tahap ini). Al-Quran juga menyebutkan bahwa embrio berkembang dalam - tiga dinding kegelapan. Mungkin hal ini berkenaan dengan (1) dinding abdomin muka, (2) dinding rahim, dan (3) selaput amniochorionic. (Lihat Gambar 4.4) Ruang yang tersedia tidak memungkinkan untuk mendiskusikan beberapa referensi yang menarik pada perkembangan dalam masa sebelum kelahiran manusia yang disebutkan di dalam Al-Quran.



Fig. 4.3
Gambar. 4.3


2mophotolabeled.gif (75275 bytes)
Gambar 4.4
Figure 4.4


This is what Dr. Moore has written in his book, praise be to Allah, and which is now being distributed throughout the world. Scientific knowledge has made it incumbent upon Professor Moore to mention this in his book. He has concluded that the modern classification of embryonic development stages, which is adopted throughout the world, is not easy or comprehensive. It does not contribute to the understanding of the embryonic stages of development because those stages are on a numerical basis, that is, stage 1, stage 2, stage 3, etc. The divisions that have been revealed in the Qur’an do not depend on a numerical system. Rather they are based on the distinct and easily identifiable forms or shapes which the embryo passes through.


Inilah yang ditulis Dr. Moore di dalam bukunya, segala puji bagi Allah, dan saat ini sedang disebarkan ke seluruh dunia. Pengetahuan ilmiah telah membebankan tanggung jawab bagi Profesor Moore untuk menyebutkan hal ini di dalam bukunya. Dia telah menyimpulkan bahwa pengklasifikasian tahap perkembangan embrio modern, yang diadopsi seluruh dunia, tidaklah mudah dicerna dan tidak komprehensif. Pengklasifikasian yang ditawarkan ini tidak mengena dalam menjelaskan tahap-tahap embrionik karena tahap-tahap ini dinyatakan secara numerik, yaitu tahap 1, tahap 2, tahap 3, dsb. Pembagian yang diwahyukan dalam Al-Quran tidak bergantung pada sistem numerik. Akan tetapi didasarkan pada kejelasan dan kemudah-diidentifikasikannya rupa atau bentuk yang dilewati oleh embrio.


The Qur’an identifies the stages of pre-natal development as follows: Nutfah, which means 'a drop' or 'small amount of water'; ‘alaqah which means a 'leech-like structure'; mudghah, which means a 'chewed-like structure'; ‘idhaam, which means 'bones' or 'skeletons'; kisaa ul idham bil-laham, which means the clothing of bones with flesh or muscle, and al-nash'a which means 'the formation of distinct fetus'. Professor Moore has recognized that these Qur’anic divisions are actually based on the different phases of pre-natal development. He has noted that these divisions provide elegant scientific descriptions that are comprehensible and practical.


Al-Quran menjelaskan tahap-tahap perkembangan sebelum kelahiran sebagai berikut: nutfah, yang berarti 'sebuah tetesan' atau 'sejumlah kecil air'; 'alaqah yang berati sebuah 'struktur yang mirip-lintah'; mudghah, yang berarti sebuah 'benda yang dikunyah'; 'idhaam, yang berarti 'tulang' atau 'kerangka'; kisaa ul idham bil-laham, yang berarti 'penutupan tulang dengan daging atau otot', dan al-nash'a yang berarti 'pembentukan janin yang jelas'. Profesor Moore telah mengenali bahwa pembagian secara Al-Quran ini sebenarnya berdasarkan pada fase-fase yang berbeda dalam pertumbuhan janin sebelum dilahirkan. Dia telah menyatakan bahwa pembagian dengan metoda ini menghasilkan deskripsi secara ilmiah yang lebih luwes, elegan, mudah difahami dan praktis [dari pada dengan sistem numerik di atas, pent.]


In one of the conferences he attended, Professor Moore stated the following: The embryo develops in the mother’s womb or uterus protected by three veils, or layers, as shown in this next slide [exact slide not shown - Ed.]. (A) represents the anterior abdominal wall, (B) the uterine wall, and the (C) the amniochorionic membrane. (see Figure 4.5) Because the staging of human embryo is complex, owing to the continuous process of change during development, it is proposed that a new system of classification could be developed using the terms mentioned in the Qur’an and Sunnah. The proposed system is simple, comprehensive, and conforms with present embryological knowledge.


Dalam salah satu konferensi yang dihadirinya, Profesor Moore menyatakan sebagai berikut: 'Embrio berkembang dalam rahim wanita atau uterus dilindungi oleh tiga dinding, atau tiga lapisan, sebagaimana terlihat pada slide berikutnya [slide asli tidak ditampakkan - Ed.]. (A) menggambarkan dinding abdomin muka, (B) dinding rahim, dan (C) selaput amniochorionic. (lihat gambar 4.5) Karena rumitnya pentahapan embrio manusia, melalui proses perubahan yang terus-menerus selama perkembangan, dapat diajukan sebuah sistem pengklasifikasian baru dengan menggunakan tahap-tahap yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sunnah. Sistem yang diajukan lebih sederhana, luwes, dan sesuai dengan pengetahuan embriologi saat ini.



Fig. 4.5
Gambar 4.5


The intensive studies of the Qur’an and Ahadeeth in the last four years have revealed a system of classifying human embryos that is amazing since it was recorded in the seventh century A.D. Although Aristotle, the founder of the science of embryology, realized that chick embryos developed in stages from his studies of hens’ eggs in the fourth century B.C., he did not give any details about these stages. As far as it is known from the history of embryology, little was known about staging and classification of human embryos until the twentieth century. For this reason, the descriptions of the human embryo in the Qur’an cannot be based on scientific knowledge in the seventh century. The only reasonable conclusion is that these descriptions were revealed to Muhammad from Allah. He could not have known such details because he was an unlettered man with absolutely no scientific training.


Studi intensif terhadap Al-Quran dan Hadits dalam empat tahun terakhir ini menunjukkan sebuah sistem pengklasifikasian embrio manusia yang mengagumkan sejak hal ini direkam pada abad ke-7. Meskipun Aristotle, penemu sains embriologi, menyadari bahwa embrio ayam berkembang dalam tahap-tahap tertentu dari penelitiannya terhadap telur ayam pada abad ke-4 SM., dia tidak memberikan klasifikasi detail mengenai tahap-tahap ini. Sejauh yang diketahui dari sejarah embriologi, sangat sedikit yang diketahui tentang pentahapan dan pengklasifikasian embrio manusia hingga abad ke-20. Dengan alasan ini, deskripsi embrio manusia dalam Al-Quran tidak bisa didasarkan pada pengetahuan ilmiah (sains) pada abad ke-7 (yaitu pada masa Al-Quran diturunkan). Kesimpulan yang paling masuk akal adalah bahwa deskripsi ini diwahyukan kepada Muhammad saw dari Allah. Dia tidak mungkin memiliki pengetahuan sedetail itu karena dia tidak bisa menulis dan tidak pernah mendapatkan pelatihan ilmiah.


We told Dr. Moore, ‘What you have said is true, but it is far less than the truth and evidence we have presented to you from the Qur’an and the Sunnah and which are related to the science of embryology. So why not do justice and completely bring to light all the Qur’anic verses and Ahadeeth which deal with your field of specialization?’.


Kami mengatakan kepada Dr. Moore, 'Apa yang Anda katakan adalah benar, akan tetapi ini lebih dari sekedar kebenaran dan bukti yang telah kami ditunjukkan dari Al-Quran dan Sunnah yang berhubungan dengan ilmu embriologi. Mengapa kita tidak menjunjung tinggi nilai keadilan dan kita bawa cahaya Al-Quran dan Hadits yang yang berhubungan dengan bidang spesialisasi Anda secara keseluruhan?'.


Professor Moore said that he has inserted the appropriate references at the appropriate places in a specialized scientific book. However, he would invite us to make some Islamic additions, citing all the relevant Qur’anic verses and the prophetic ahadeeth, and highlighting their various miraculous aspects, to be incorporated at appropriate places in the book. This was done, and consequently, Professor Moore wrote an introduction to these Islamic additions and the result was this one which you see here before you. On each page that includes facts about the science of embryology, we have cited the Qur’anic verses and Prophetic Ahadeeth which prove the inimitability of the Qur’an and Sunnah. What we are witnessing today is Islam moving to new grounds within fair and unbiased human minds.


Profesor Moore mengatakan bahwa dia telah memasukkan referensi yang tepat di tempat yang semestinya dalam sebuah buku sains khusus. Akan tetapi, dia akan mengajak kami untuk membuat tambahan-tambahan islami, mengutip semua ayat Al-Quran yang sesuai dan Hadits, kemudian menyorot berbagai aspek yang menakjubkan, agar bisa dipadukan pada tempat yang tepat dalam sebuah buku. Hal ini telah dilakukan, dan secara konsekwen, Profesor Moore menulis sebuah perkenalan kepada tambahan yang islami ini dan hasilnya adalah yang sedang Anda lihat di sini. Pada setiap halaman yang memasukkan fakta tentang sains embriologi, kami telah mengutip ayat-ayat Al-Quran dan Hadits yang membuktikan kemustahilan ditirunya Al-Quran dan Sunnah. Apa yang kita saksikan hari ini adalah Islam bergerak ke arena yang baru di dalam alam fikiran manusia yang tidak bias dan adil.


Sumber: http://abdshomad.8m.com/offline/www.it-is-truth.org/chapters/stagesb.htm

Klik Judul Artikel untuk Baca Selengkapnya....

0 comments: